PENGARUH AMPAS KELAPA (Cocos nucifera L) FERMENTASI DAN JAMU SEBAGAI FEED ADDITIVE TERHADAP PERFORMA AYAM KUB PETELUR
Abstract
Penelitian inibertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian Ampas Kelapa (Cocos nucifera L) fermentasidan jamu dengan dosis berbeda terhadap konsumsi ransum, produksi telur, berat telur, dan konversi ransum ayam KUB pada masa produksi. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 Agustus sampai 12 September 2020 di RKG Farm di Jln. Koto BaruLikUluGadut Kota Padang. Materi yang digunakan adalah 54 ekor ayam KUB umur23minggu.
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan 3 level pemberian Ampas Kelapa (Cocos nucifera L) fermentasi (0%,10%, 20%) dan 3 level pemberian jamu (0%, 1%, 2%) masing-masing perlakuan dengan 2 kali ulangan sehingga keseluruhannya menjadi 9 kombinasi perlakuan dan 18 unit percobaan.
Rata-rata konsumsi ransum tertinggi berturut-turut pada faktor A adalah pada a2 (10%) yaitu 2430,208, a1 (0%) yaitu 2415,583 sedangkan konsumsi ransum terendah adalah pada a3 (20%) yaitu 2342,292. Pada faktor B konsumsi ransum tertinggi berturut-turut adalah pada b2 (1%) yaitu 2439,708, b3 (0%) yaitu 2388,167 dan yang terendah adalah pada b1 (2%) yaitu 2360,208. Rata-rata produksi telur tertinggi berturut-turut pada faktor A adalah pada a2 (10%) yaitu 63,889, a1 (kontrol) yaitu 56,944 sedangkan produksi telur terendah adalah pada a3 (20%) yaitu 48,661. Pada faktor B produksi telur tertinggi berturut-turut adalah pada b2 (1%) yaitu 66,667 , b3 (2%) yaitu 56,944 dan yang terendah adalah pada b1 (kontrol) yaitu 45,833. Rata-rata berat telur tertinggi pada faktor A adalah pada a2 (10%) yaitu 42,08, a1 (0%) yaitu 41,38 sedangkan berat telur terkecil adalah pada a3 (20%) yaitu 41,28. Pada faktor B berat telur tertinggi adalah pada b2 (1%) yaitu 44,28, a1 (0%) yaitu 41,14 dan yang terkecil adalah pada b3 (2%) yaitu 39,32. Rata-rata konversi ransum tertinggi pada faktor A adalah pada a3 (20%) yaitu 5,732, a1 (kontrol) yaitu 5,490 sedangkan konversi ransum terendah adalah pada a2 (10%) yaitu 4,425. Pada faktor B konversi ransum tertinggi adalah pada b1 (kontrol) yaitu 6,365, b3 (2%) yaitu 5,287 dan yang terendah adalah pada b2 (1%) yaitu 3,995. Hasil analisis ragam menunjukkanbahwa faktor A berpengaruhsangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi ransum dan produksi telur, namun tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap berat telur dan konversi ransum sedangkan faktor B berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi ransum, produksi telur, berat telur dan konversi ransum. Interaksi antara faktor A dan faktor B berpengaruh sangat nyata ( P<0,01) terhadap konsumsi ransum dan berat telur dan tidak berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap produksi telur dan konversi ransum. Kesimpulan penelitian ini adalah Penggunaan Ampas Kelapa fermentasi terbaik terdapat pada perlakuan a2 (10%) dan pemberian jamu adalah pada perlakuan b2 (1%) dengan tingkat produksi tertingi dan konversi ransum terendah.
References
utri, M. F.2010., Tepung Ampas Kelapa Pada Umur Panen 11-12 Bulan Sebagai Bahan Pangan Sumber Kesehatan, Jurnal Kompetensi Teknik, No. 2, Vol 1, 97-105.
Raudati, E., Mahakka dan E. Sahara, 2001. Peningkatan mutu daging biji buah pinan (Pendium eduk)sebagai pakan ternak melalui proses fermentasi dengan penambahan dedak halus. Jurnal peternakan dan lingkungan. Vol. 70. Universitas Andalas, Padang.
Tugiyanti, E. 2012.Kualitas eksternal telur ayam petelur yang mendapat ransum dengan penambahan tepung ikan fermentasi menggunakan isolat prosedur antihistamin.FakultasPeternakan. Universitas Jendral Soedirman. Purwokerto.

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.